Entri Populer

Selasa, 26 April 2011

Membuat Larutan Kimia

Cara membuat reagen kimia di laboratorium
NO.
NAMA LARUTAN
CARA PEMBUATAN
KEGUNAAN
1.
Air Barit
 Masukkan 70 gram
dalam 1 liter air yang telah didihkan. Kocok sampai larutan menjadi jenuh. Gunakan larutan yang jernih.
Reagensia untuk CO2
2.
Air Brom
memaasukkan 25 ml Brom dalam 500 ml air.v Kocok hati-hati sampai semua Brom larut.v Awas! Brom air bila kena kulit dapat menyebabkan luka bakar.v Uap Brom membahayakan keehatan.v Kerjalah di udara terbuka , dan pakailah sarung tangan.
Sebagai Oksidator
3.
Air Kanji
mencampurkan 2 gram Amilum dengan 0,01 gram dan tambahkan sedikit air dingin.* Aduk sampai menjadi pasta .* Encerkan dengan air mendidih sampai 1 liter.* Didihkan beberapa menit.* Dinginkan dan simpan dalam botol.
Reagensia untuk Yodium
4.
Air Kapur
memasukkan 1 sendok dalam 1 liter air. Aduklah campuran itu. Endapkan dan saring. Gunakanlah larutan yang jernih.
Reagensia Untuk CO2
5.
Air Klor
Alirkan gas klor kedalam 1 liter air sehingga jenuh.v Ingat ! gas adalah racun keras. Kerjakanlah di udara terbuka.
Sebagai Oksidator
6.
Air Laut
Larutkan dalam 1 liter air: 20,0 gram NaCl, 1,8 gram MgSO4.7 H2O,  2,5 gram MgCl2,  1,0 gram K2SO4
Sebagai pengganti Air Laut
7.
Albumin
Campurkan 5 ml putih telur dengan 5 ml air. Tuangkan campuran ini ke dalam 500 ml air hangat ( 60 oC ) sambil diaduk. Panaskan dengan perlahan ( tidak di atas suhu 80 oC ) sampai larutan menjadi bening.Ø Dinginkan dan saring dengan wol kaca.
Untuk Percobaan Protein
8.
Amonium Sulfida
Alirkan gas ke dalam 500 ml larutan Amonia 5 M smpai jenuh. ( Ingat Amonia bersifat racun, kerjalah di tempat udara terbuka ).* Tuangkan 500 ml Amonia 5 M ke dalam larutan ini.
Mengendapkan Ion-Ion Logam
9.
Anilin Biru
melarutkan 0,1 gram Fuchsin basa ke dalam 160 ml air dan 1 ml etanol
Zat Pewarna Selulosa ( Untuk Biologi )

10.
Anilin Merah
melarutkan 1,0 gram Anilin Sufat ke dalam 89 ml Alkohol 70 % .v Tambahkan 10 ml Asam Sulfat 0,005 M.v Simpan larutan ini dalam botol yang berwarna coklat.
Zat Pewarna Bakteri dan Inti Sel ( Untuk Biologi )
11.
Asam Aki ( Air aki )
menuangkan dengan perlahan 220 ml pekat murni ke dalam 750 ml air suling sambil aduk. Encerkan sampai 1 liter. Periksa Berat Jenisnya dengan Hidrometer harus menunjukkan angka 1,25. Bila BJ-nya kurang dari 1,25 tambahkan asam sulfat pekat dan bila BJ-nya lebih dari 1,25 tambahkan air suling.
Asam Untuk Aki
12.
Asetokarmin
Masukkan 1,0 gram Karmin ke dalam 45 ml Asam Asetat glasial.* Tambahkan 55 ml air.* Panaskan selama 5 menit dengan refluks.* Setelah didinginkan kemudian saring.
Zat Pewrna Untuk Inti Sel dan Kro-mosom ( Untuk Biologi )
13.
Aseto Orsin
Larutkan 2,2 gram Orsin ke dalam 100 ml Asam Asetat glasial.v Pada pemakaian, encerkan 10 ml larutan ini dengan 12 ml air.
Pewrna Kromo-som ( Untuk Biologi )
14.
Aqua Regia
 Campurkan satu bagian pekat dengan tiga bagian HCl pekat.
Untuk Melarutkan Logam-Logam mulia
15.
Barfoed
Campurkan 13,3 gram Tembaga (II) Asetat dan 2 ml AsamAsetat Glasial. Tambahkan air hingga larutan menjadi 200 ml .
Untuk Uji Gluko-sa
16.
Benedict
Larutkan 173 gram Natrium Sitrat dan 100 gram dalam 800 ml air suling.v Larutkan 17,3 gram .5 dalam 150 ml air.v Tuangkan dengan perlahan larutan ke dalam larutan pertama sambil diaduk.v Encerkan dengan air sampai 1 liter.
Reagensia Untuk Gula Yang Mempunyai Sifat Mereduksi
17.
Biuret
Larutkan 0,75 gram .5 dalam 1 liter larutan NaOH 2 M.
Reagensia Untuk urea Dan Protein
18.
Brom fenol Biru
Timbang 0,1 gram Brom Fenol Biru, larutkan dalam 1,5 ml larutan NaOH 0,1 M. Encerkan dengan air sampai volume 100 ml.
Indikator Asam-Basa. Trayek PH 3,0 – 4,6Perubahan Warna : Kuning - Biru
19.
Brom Kresol Hijau
Timbang 0,1 gram Brom Kresol Hijau, larutkan dalam 1,5 ml larutan NaOH 0,1 M. Encerkan dengan air sampai volume 100 ml.
Indikator Asam-Basa. Trayek PH 3,8 – 5,4Perubahan Warna : Kuning - Hijau
20.
Brom Kresol Ungu
Timbang 0,1 gram Brom Kresol Ungu, larutkan dalam 1,9 ml larutan NaOH 0,1 M. Encerkan dengan air sampai volume 100 ml.
Indikator Asam-Basa. Trayek PH 5,2 – 6,8Perubahan Warna : Kuning - Hijau
21.
Brom Timol Biru
Timbang 0,1 gram Brom Timol Biru, larutkan dalam 1,5 ml larutan NaOH 0,1 M. Encerkan dengan air sampai volume 100 ml.
Indikator Asam-Basa. Trayek PH 6,0 – 7,6Perubahan Warna : Kuning - Biru
22.
Cermin Perak
(A) : Larutkan 12,5 gram dalam 100 ml air. Larutkan pula 32,5 gram K-Na- Tartrat ( . 4 ) dalam 100 ml air. Campur kedua larutan ini dan panaskan samapai 55 oC selama 5 menit. Dinginkan dan pisahkan larutan dari endapannya dan encerkan sampai 200 ml. (B) : Larutkan 1,5 gram dalam 12 ml air. Teteskan ke dalam larutan ini Amonia encer, sehingga endapan yang terbentuk tepat larut dlagi.Ø Encerkan denganair sampai 200 ml .  Larutan (A) dicampur dengan Larutan (B). Permukaan kaca dibersihkan untuk menghilangkan kotoran dan lemak yang mungkin melekat pada kaca. Kaca dimasukkan dalam larutan secara terbalik, tepat di bawah permukaan larutan.ØUntuk mempercepat terjadinya cermin, panaskan larutan dengan perlahan. Larutan sisa dapat disimpan dalam botol yang bersih.Ø Pada bagian dalam botol akan terjadi lapisan cermin.
Untuk Membuat Kaca Perak
23.
Difenil Amina
 Larutkan 0,5 gram Difenil amina dalam 100 ml Asam Sulfat pekat. Tuangkan cairan ini ke dalam 20 ml air.
*Reagensia Untuk Zat Pengoksidasi.*Indikator Redoks : Warna Bila Dioksidasi: Ungu,Warna Bila direduksi: Tidak Berwarna
24.
Difenil Karbazon
 Larutkan 1,0 gram Difenil Karbazon dalam 100 ml Etanol
Reagensia Untuk Tes Merkuri
25.
Dimetil Glioksin
 Larutkan 0,12 gram Dimetil Glioksin dalam 100 ml Etanol
Reagensia Untuk Tes Nikel
26.
2,2 - Dipyridil
 Larutkan 1,172 gram 2,2 – Dipyridil dalam 100 ml air. Tambahkan 0,695 kristal.
Indikator Redoks: Warna Dioksidasai : Biru,Warna Direduksi: Merah
27.
Eosin
 Larutkan 1,0 gram eosin basa dalam 100 ml air.Ø Tambahkan sedikit Kloroform.
Zat Pewarna Merah Untuk Jaringan Hidup ( Untuk Biologi)
28.
Esbach
 Larutkan 2 gram Asam Nitrat dan 1,0 gram Asam Pikrat dalam 100 ml air.
Reagensia Untuk Albumin
29.
Fehling
 Fehling A : Larutkan 69,28 gram .5 dalam 1 liter air. Fehling B : Larutkan 352 gram K-Na- Tartrat ( . 4 ) dan 154 gram NaOH dalam 1 liter air. Pada pemakaian : Campur 5 ml Fehling A dan 5 ml Fehling B.
Reagensia untuk Gula Yang Mempunyai Sifat Mereduksi.
30.
1, 10 – Fenantroline Hidrat
 Larutkan 1,485 gram 1, 10 - Fenantro-line Hidrat dalam 100 ml air.
Indikator Redoks: Warna Dioksidasai : Biru,Warna Direduksi: Merah
31.
Fenolftalein
 Larutkan 1 gram fenolftalein dalam 250 ml Alkohol ( Etanol).Ø Jadikan larutan menjadi 500 ml dengan menambahkan air.
Indikator Asam-Basa. Trayek PH 8,4 – 10,0Perubahan Warna : Tdk berwarna-Merah - Ungu
32.
Fenol Merah
 Timbang 0,1 gram Fenol Merah, larutkan dalam 2,8 ml larutan NaOH 0,1 M. Encerkan dengan air sampai volume 100 ml.
Indikator Asam-Basa. Trayek PH 6,4 – 8,2Perubahan Warna : Kuning - Merah
33.
Floroglusinol
 Larutkan 3 gram Floroglusinol dalam 100 ml Alkohol.
Reagensia Untuk Lignin ( Untuk Biologi )
34.
Hager
Buatlah larutan jenuh Asam Pikrat ( 1,4 gram Asam Pikrat dalam 100 ml air ).
Reagensia Untuk tes Alkaloid
35.
Hematoksilin ( Ehrlich )
 Larutkan 2 gram Hematoksilin dalam 100 ml Alkohol. Tambahkan 100 ml air , 100 ml Gliserol, 10 ml Asam Asetat Glasial, dan Kalium Aluminium Sulfat berlebihan. Biarkan dalam botol terbuka di sinar matahari sampai berwarna merah tua.
Reagensia Untuk Membedakan Bagian-Bagian dari Sel Dan Jaringan (Untuk Biologi)
36.
Indikator Universal Yamada
 Campurkan :- 0, 25 gram Bromtimol Biru - 0,025 gram Timol Biru- 0,0625 gram Metil Merah- 0,5000 gram Fenolftalein  Larutkan campuran di atas dengan 500 ml Etanol. Encerkan dengan air sehingga volumenya menjadi 1 liter.
Indikator Asam-Basa. Trayek PH : 4 – 10. Perubahan warna:PH 4 MerahPH 5 JinggaPH 6 KuningPH 7 HijauPH 8 BiruPH 9 Biru TuaPH 10 Ungu
37.
Kalium Pirogallat
 Larutkan 50 gram KOH dalam 100 ml air. Masukkan 5 gram Pirogallol ke dalam larutan ini.



Adsorben Oksigen
38.
Koloid
 Masukkan 1,5 gram dalam 250 ml air. Panaskan larutan sampai mendidih. Saringlah setelah didinginkan. Alirkan gas kedalam larutan ini sampai larutan berwarna kuning.
Mengenal Sifat Koloid
39.
Koloid
Panaskan 200 ml air samapai mendidih. Tambahkan beberapa tetes larutan FeCl3 10 %.
Mengenal Sifat Koloid
40.
Lugol ( Yod )
 Biasanya Lugol dibuat dalam larutan Kalium Iodida (KI) , karena Iod sendiri sukar larut dalam air. Larutkan 12,7 gram dan 20 gram KI dalam 100 ml air. Larutan yang terjadi dibuat 1 liter dengan menambahkan air.
Reagensia Untuk Uji Amilum
41.
Magnesia Mixture
 Larutkan 50 gram . 6 dan 70 gram NH4Cl dalam 400 ml air. Tambahkan 100 ml Amonia 15 M. Encerkan dengan air sampai 1 liter.
Reagensia Untuk Tes Fosfat dan Arsenat
42.
Metilen biru
 Larutkan 1 gram Metilen Biru dalam 100 ml larutan 0,5 % NaCl.
Pewarna Inti sel (Histologi)
43.
Metil jingga
 Larutkan 1 gram Metil Jinga dalam 500 ml Alkohol 95 %.Ø Jadikan larutan menjadi 1 liter dengan menambahkan air.
Indikator Asam-Basa. Trayek PH: 2,8 – 4,6.Perubahan warna:Merah – Kuning.
45.
Metil Merah
 Larutkan 1 gram Metil Merah dalam 500 ml Alkohol 95 %. Jadikan larutan menjadi 1 liter dengan menambahkan air.
Indikator Asam-Basa. Trayek PH: 4,4 – 6,0.Perubahan warna:Merah – Kuning.
46.
Millon
 Larutkan 1 bagian Hg dalam 1 bagian HNO3 berasap dan dinginkan. Encerkan dengan air sampai 2X volumenya. Setelah beberapa jam, tuangkan larutan yang bening.
Reagensia Untuk Albumin dan Fenol
47.
Molish
 Larutkan 5 gram Alfanaftol dalam 100 ml Alkohol atau Kloroform
Tes Untuk wol dan Karbohidrat
48.
Nessler
 Larutkan 50 gram KI dalam 50 ml air dingin.Ø Buat larutan jenuh Raksa (II) klorida ( ± 22 gram HgCl2 dalam 350 ml air ). Teteskan larutan jenuh Raksa (II) klorida ini ke dalam larutan KI, sehingga terjadi endapan. Tambahkan 500 ml larutan NaOH 5 M dan encerkan dengan iar sampai volume 1 liter.Saringlah, dan ambil larutan yang jernih.Ø Simpan dalam botol coklat.
Reagensia Untuk Tes Amoniak
49.
O – Diklorofenol Indofenol
 Larutkan 0,1 gram O–Diklorofenol Indofenol dalam 100 ml air.
Indikator Redoks: Warna Dioksidasai : Biru,Warna Direduksi: Merah
50.
Ringer
 Larutkan dalam 1 lite air ;- 8,1 gram NaCl- 0,74 gram KCl- 0,22 gram anhidrous- 0,20 gram . 6 - 0,33 gram - 0,78 gram  Larutkan dalam 1 liter air ; - 6,5 gram NaCl - 0,12 gram . 6 - 0,14 gram KCl- 0,20 gram
Untuk Serangga Untuk Katale
51.
Salin Isotonik
Larutkan 6,4 gram NaCl dalam 1 liter air.
Untuk Jaringan Mamalia ( Untuk Biologi )
52.
Sel daniel
 (A) : Tuangkan dengan perlahan 80 ml pekat dalam 750 ml air. Encerkan sampai 1 liter.Ø (B) : Buat larutan jenuh dengan melarutkan ± 400 gram .5 dalam 1 liter air dan tambahkan 2 ml pekat.
Larutan Untuk Sel Daniel
53.
Sel Laclanche
Larutkan 350 gram Amonium Klorida dalam air sampai 1 liter.
Larutan Untuk Sel Laclache
54.
Seliwanoff
 Larutkan 0,5 gram Resorsinol ( Benzena 1,3- diol ) dengan 1 liter Asam klorida 3 M.
55.
Schweitzer
 Larutkan 5 gram .5 dalam 100 ml air. Didihkan larutan ini dan tambahkan larutan NaOH, sehingga tidak terjadi endapan lagi. Saring dan cuci endapan sampai bersih sekali. Larutkan endapan ini dalam sedikit mungkin larutan Amonia 4 M.
Pelarut Selulosa
56.
Schiff
 Larutkan 0,5 gram Fuchsin dalam 500 ml air. Lunturkan warna larutan dengan mengalirkan gas Belerang dioksida ke dalamnya. Atau : Larutkan 0,5 gram fuchsin dalam 500 ml air kemudian tambahkan 9 gram Natrium Hidrogen Sulfit diikuti dengan 20 ml Asam Nitrat 2 M.
Untuk Uji Aldehid
57.
Timol Biru
 Timbang 0,1 gram Timol Biru, larutkan dalam 2,2 ml larutan NaOH 0,1 M. Encerkan dengan air sampai volume 100 ml.
Indikator Asam-Basa. Trayek PH 3,8 – 5,4Perubahan Warna : Merah - Kuning
58.
Timolftalein
Timbang 0,04 gram Timolftalein, larutkan dalam 60 ml larutan Alkohol dan tambahkan 40 ml air.
Indikator Asam-Basa. Trayek PH 9,3 – 10,4Perubahan Warna : Kuning – Merah


59.
Tollens
Campurkan 50 ml larutan AgNO3 10 % dengan 50 ml larutan NaOH 10 %. Teteskan ke dalam campuran ini larutan Amonia pekat, sehingga endapannya tepat larut.
Reagensia Untuk Aldehid dan Gula Pereduksi.
Sumber : dari berbagai sumber

biomassa


Kumpulan Artikel Energi - 113 - Energi Lain-lain

Energi Alternatif itu Bernama Biomassa
Ditulis Oleh Administrator   
Senin, 04 Agustus 2008
oleh Nugroho Agung Pambudi

Masalah lingkungan sebenarnya memiliki solusi yang berasal dari lingkungan juga. Problem gas rumah kaca dan krisis energi misalnya, bisa dijawab dengan biomassa yang asalmulanya dari alam. Bagaimana bisa?
Gas rumah kaca yang disebabkan oleh bahan bakar fosil, seperti karbon dioksida ketika dilepaskan di atmosfir, keberadaannya akan menghalangi panas yang akan meninggalkan bumi sehingga akan meningkatkan temperature bumi. Bila hal ini terjadi maka maka akan terjadi perubahan iklim yang akan mempengaruhi kualitas kehidupan di lingkungan kita. Selain disebabkan oleh CO2, gas berikut juga memiliki kontribusi dalam pemanasan global, methane (CH4) dan nitrous oksida (N2O). Pembakaran biomassa sebenarnya menghasilkan CO2 tetapi karbon dioksida yang di hasilkan akan distabilisasi dengan serap kembali oleh tumbuhan, sehingga tidak ada penimbuan karbon dioksida dalam atmosfer dan keberadaannya terus seimbang.
Pengingkatan Temperatur
Tahun 1998 merupakan tahun dimana terjadi peningkatan terbesar temperatur. meningkatan temperatur ini menyebabkan pencairan es di kutub sehingga volume lautan meningkat dan ketingian permukaan laut meningkat 10 sampai 25 cm. Bahkan di prediksi kan tahun 2100 temperatur akan meningkat secara tajam hingga mencapai 6 derajat celcius. Dampak itulah yangmemicu terjadinya bencana alam yang akan menurunkan kualitas hidup manusia.

Untuk mencegah berbagai macam dampak dari pemanasan global, dapat dilakukan dengan mengurangi atau menghentikan proses yang paling besar dalam memicu gas rumah kaca tersebut yaitu pembakaran bahan baker fosil. Pembakaran bahan baker berkaitan erat dengan pemenuhan sector energi bagi peningkatan perekonomian suatu negara. Pengembangan biomasa sebagai sumber energi untuk substitusi bahan bakar bisa menjadi solusi untuk mengurangi beredarnya gas rumah kaca di atmosfer. Dengan penggunaan biomassa sebagai sumber energi maka konsentrasi CO2 dalam atmosfer akan seimbang. Pada waktu yang sama manusia makin menyebabkan peningkatan rumah kaca dengan penebangan hutan secara luas (deforestrisasi) sehingga mengurangi kemampuannya untuk menyerap gas CO2. disamping itu hasil hutan yang diperoleh dibakar dan menghasilkan CO2 dan beberapa partikulat matter. Konferensi tentang perubahan iklim telah dilakukan di Kyoto, Jepang pada tahun 1997.
Potensi Biomassa di Indonesia
Indonesia, Sebagai negara agraris yang beriklim tropis memiliki beberapa sumber energi terbarukan yang berpotensi besar, antara lain : energi hidro dan mikrohidro, energi geotermal, energi biomassa, energi surya dan energi angin.
Potensi biomassa yang besar di negara, hingga mencapai 49.81 GW tidak sebanding dengan kapasitas terpasang sebesar 302.4 MW. Bila kita maksimalkan potensi yang ada dengan menambah jumlah kapasitas terpasang, maka akan membantu bahan bakar fosil yang selama ini menjadi tumpuan dari penggunaan energi. Hal ini akan membantu perekonomian yang selama ini menjadi boros akibat dari anggaran subsidi bahan bakar minyak yang jumlahnya melebihi anggaran sektor lainnya.
Energi biomassa menjadi penting bila dibandingkan dengan energi terbaharukan karena proses konversi menjadi energi listrik memiliki investasi yang lebih murah bila di bandingkan dengan jenis sumber energi terbaharukan lainnya. Hal inilah yang menjadi kelebihan biomassa dibandingkan dengan energi lainnya. Proses energi biomassa sendiri memanfaatkan energi matahari untuk merubah energi panas menjadi karbohidrat melalui proses fotosintesis yang selanjutnya diubah kembali menjadi energi panas.

Konversi Biomassa
Penggunaan biomassa untuk menghasilkan panas secara sederhana sebenarnya telah dilakukan oleh nenek moyang kita beberapa abad yang lalu. Penerapannya masih sangat sederhana, biomassa langsung dibakar dan menghasilkan panas. Di zaman modern sekarang ini panas hasil pembakaran akan dikonversi menjadi energi listrik melali turbin dan generator. Panas hasil pembakaran biomassa akan menghasilkan uap dalam boiler. Uap akan ditransfer kedalam turbin sehingga akan menghasilkan putaran dan menggerakan generator. Putaran dari turbin dikonversi menjadi energi listrik melalui magnet magnet dalam generator. Pembakaran langsung terhadap biomassa memiliki kelemahan, sehingga pada penerapan saat ini mulai menerapkan beberapa teknologi untuk meningkatkanmanfaat biomassa sebagai bahan bakar. Beberapa penerapan teknologi konversi yaitu :
  • Densifikasi
Praktek yang mudah untuk meningkatkan manfaat biomassa adalah membentuk menjadi briket atau pellet. Briket atau pellet akan memudahkan dalam penanganan biomassa. Tujuannya adalah untuk meningkatkan densitas dan memudahkan penyimpanan dan pengangkutan. Secara umum densifikasi (pembentukan briket atau pellet) mempunyai beberapa keuntungan (bhattacharya dkk, 1996) yaitu : menaikan nilai kalor per unit volume, mudah disimpan dan diangkut, mempunyai ukuran dan kualitas yang seragam.
  • Karbonisasi
Karbonisasi merupakan suatu proses untuk mengkonversi bahan orgranik menjadi arang . pada proses karbonisasi akan melepaskan zat yang mudah terbakar seperti CO, CH4, H2, formaldehid, methana, formik dan acetil acid serta zat yang tidak terbakar seperti seperti CO2, H2O dan tar cair. Gas-gas yang dilepaskan pada proses ini mempunyai nilai kalor yang tinggi dan dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan kalor pada proses karbonisasi.


  • Pirolisis
Pirolisis atau bisa di sebut thermolisis adalah proses dekomposisi kimia dengan menggunakan pemanasan tanpa kehadiran oksigen. Proses ini sebenarnya bagian dari proses karbonisasi yaitu roses untukmemperoleh karbon atau aran, tetapi sebagian menyebut pada proses pirolisis merupakan high temperature carbonization (HTC), lebih dari 500 oC. Proses pirolisis menghasilkan produk berupa bahan bakar padat yaitu karbon, cairan berupa campuran tar dan beberapa zat lainnya. Produk lainn adalah gas berupa karbon dioksida (CO2), metana (CH4) dan beberapa gas yang memiliki kandungan kecil.
  • Anaerobic digestion
Proses anaerobic igestion yaitu proses dengan melibatkan mikroorganisme tanpa kehadiran oksigen dalam suatu digester. Proses ini menghasilkan gas produk berupa metana (CH4) dan karbon dioksida (CO2) serta beberapa gas yang jumlahnya kecil, seperti H2, N2, dan H2S. Proses ini bisa diklasifikasikan menjadi dua macam yaitu anaerobic digestion kering dan basah. Perbedaan dari kedua proses anaerobik ini adalah kandungan biomassa dalam campuran air. pada anaerobik kering memiliki kandungan biomassa 25 – 30 % sedangkan untuk jenis basah memiliki kandungan biomassa kurang dari 15 % (Sing dan Misra, 2005).
  • Gasifikasi
Gasifikasi adalah suatu proses konversi untuk merubah material baik cair maupun pada menjadi bahan bakar cair dengan menggunakan temperatur tinggi. Proses gasifikasi menghasilkan produk bahan bakar cair yang bersih dan efisien daripada pembkaran secara langsung, yaitu hidrogen dan karbon monoksida. Gas hasil dapat di bakar secara langsung pada internal combustion engine atau eaktor pembakaran. Melalui proses Fische-Tropsch gas hasil gasifikasi dapat di ekstak menjadi metanol.


Political Will
Semua potensi tersebut tidak bernilai tanpa adanya dukungan dan political will dari pemerintah serta masyarakat luas. Pembentukan tim nasional pengembangan bahan bakar nabati (BBN) dengan menerbitkan blue print dan road map bidang energi untuk mewujudkan pengembangan BBN merupakan langkah yang strategis sehingga dapat dicapai kemandirian energi melalui pengembangan biomassa. Peran serta masyarakat akan sangat membantu dalam pengimplemetasian pengembangan tanaman penghasil bioenergi, sehingga pada akhirnya bangsa ini mampu keluar dari krisis energi dengan pasokan energi bahan bakar nabati yang berkelanjutan

Referensi
  1. Singh, R.K and Misra, 2005, Biofels from Biomass, Department of Chemical Engineering National Institue of Technology, Rourkela
  2. Presiden Republik Indonesia, 2006, Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2006 Tentang Kebijakan Energi Nasional, Jakarta
  3. Prihandana, R. dkk, 2007, Meraup Untung dari Jarak Pagar, Jakarta , P.T Agromedia Pustaka
  4. Tim Nasional Pengembangan BBN, 2007, BBN, Bahan Bakar Alternatif dari Tumbuhan Sebagai Pengganti Minyak Bumi
  5. Daugherty E.C, 2001, Biomass Energy Systems Efficiency:Analyzed through a Life Cycle Assessment, Lund Univesity.
  6. Instruksi Presiden, Instruksi Preiden No 1 tahun 2006 tertanggal 25 januari 2006 tentang penyediaan dan pemanfaatan bahan bakar nabati (biofuels), sebagai energi alternative, Jakarta.
  7. Direktorat Jenderal Listrik dan Pemanfaatan Energi, 2004, Potensi energi terbaharukan di Indonesia, Jakarta
  8. Vest, H., 2003, Small Scale Briquetting and Carbonisation of Organic Residues for Fuel, Infogate, Eschborn, Germany